twitter
rss


Siang itu angin begitu kencang menusuk kedalam tulang rusukku. Hujan yang sangat deras terus membasahi seluruh badanku, namun aku tidak memperdulikan itu semua, aku tidak perduli berapa lama aku akan seperti ini. Aku hanya terpaku di depan sebuah tumpukan tanah, yang terdapat taburan bunga, serta adanya batu nisan yang bertuliskan sebuah nama, dan ternyata itu adalah nama sahabat lamaku, yang sejak 6 tahun yang lalu aku tidak pernah tau kabarnya. Yang telah berjanji padaku untuk kembali setelah 7 tahun lamaya.
* * *
            Sandy adalah sahabat terdekatku dari kecil, tapi telah lama kami berpisah. Alasannya, ayahnya akan bekerja di Amerika. Sehingga saat itu, dia hilang dan tak pernah kembali lagi. Tanpa kabar sedikitpun. Mungkin, banyak orang tak percaya jika aku dengan Sandy adalah sepasang sahabat. Karena kedekatan kami sangat tidak mungkin untuk di anggap sebagai sepasang sahabat.
* * *
Sejak saat itu pula dia tak menemuiku. Setelah beberapa waktu yang cukup lama, aku bermimpi bertemu dengan sesosok pria yang mungkin aku pernah mengenalnya. Aku berusaha untuk mengingat kembali siapa dia. Baru kutemui akhirnya sekian lama, bahwa orang yang ada dalam mimpiku itu adalah Sandy sahabat lamaku.
* * *
            Setelah aku mengingat semuanya, aku coba mencari segala informasi tentang dia. Beberapa tahun aku mencarinya, akhirnya kutemukan dia. Lalu, aku hubungi dia. Mulai saat itu pula kami bertemu kembali. Hingga akhirnya, aku mengajaknya kembali dia untuk ke Indonesia. Negara yang selalu dia ingat, meskipun telah lama ditinggalkan.
* * *
            Saat tepat situasi di Bandhara, Sandy mengatakan, “Aku kangen Rindu”, ujar Sandy sambil melihat foto masa kecilnya dengan Rindu. Pemberangkatan siap di lancarkan. Setibanya Sandy di Bandhara Jakarta, dia menatapku sedalam mungkin dan tak sengaja hatiku berkata, “Ada apa ini? Apa yang terjadi padaku? Kenapa perasaanku ada yang berbeda?”, sambil membalas tatapan Sandy yang dalam penuh kerinduan. Akhirnya kamipun berpelukan. Kami meluapkan semua air mata yang dalam, sedalam mungkin.
            “San, mari kita pulang bersama.” Kataku mengajak Sandy.
            “Baiklah Rin, banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu.” Sahutnya.
* * *
            Setibanya kami di rumah, Sandy dan Akuu berbincang-bincang tentang banyak hal. Sampai pertanyaan yang terakhir.
            “San, boleh gak aku tanya sesuatu sama kamu? Tapi kalo gak mau juga gapapa kok. Aku juga gak maksa kamu buat jawab.” Ujarku kepada Sandy.
            Sandypun terkaget mendengar pertanyaanku, meskipun terdiam sesaat, diapun akhirnya membuka mulutnya. “Boleh Rin, mau tanya apa sih? Kok ada yang beda dari ucapanmu sebelumnya?” Balasnya dengan tatapan penuh kebingungan.
            Akhirnya aku melontarkan semua yang ada dalam perasaanku, “Selama kita gak pernah ketemu, kamu kangen gak sih sama aku San?” tanyaku dengan bingung.
            Dengan sigap Sandy menjawab, “Ada apa kamu tiba-tiba Tanya gitu sama aku? Ya iyalah Rin, aku Riinndduuu banget  sama kamu, aku sayang banget sama kamu.”
            Ucapan Sandy membuatku kaget dan bertanya-tanya dalam benakku. Kucoba untuk bertanya kepadanya apa maksud ucapannya, “Sayang? Apa maksudmu San?”
            “Gapapa kok Rin, kan sahabat, wajar aja lah kalo aku sayang banget sama kamu. Hahaha yah kepedannya mulai deh, sahabatku yang satu ini.” Ujarnya dengan ketawa seolah orang yang tak punya dosa di dunia ini.
            “What? Ya gak lah, ogah banget aku gitu. Jijik iya. Gak gitu, kamu kan sempet cerita sama aku, selama kamu di Amerika gak punya pacar. So, siapa tau aja kamu keinget aku terus bahkan nungguin aku selama ini.” Ucapku untuk menghindari rasa maluku itu.
            Tertawa Sandypun menjadi-jadi mendengar ucapanku. “hahaha, kamu itu Rin, ada-ada aja, emang sih selama aku disana gak pacaran. Tapi bukan berarti aku nunggu kamunya, jangan pede terus deh ah, kalo keinget sih iya. Namanya juga sahabat.” Ucapan Sandy dengan penuh kelantangan.
            Semakin lama aku semakin malu, sehingga aku mempunyai ide dan berkata, “hahaha, kamu gak laku ya disana?” ujarku sedikit menghina.
            Ucapan sahutpun kudengar dari mulutnya, ”Ya gak lah, disana aku malah dikejar-kejar cewek banyak banget. Emangnya kamu yang gak laku-laku? Atau jangan-jangan kamu ya Rin yang selama ini nungguin aku? Buktinya kamu nyari aku selama ini.” Ucapnya dengan mudah.
             “Hi, ogah aja kali, masak aku gak laku? Gak level kali San. Emang aku nyari kamu, karena aku kangen sahabat lamaku.” Jawabku.
            “Iya deh, aku percaya sama kamu Rin.” Ujarnya padaku.
            Setelah sekian lama kami berbincang waktu sudah menunjukkan waktu 9 malam. Kamipun tidur di kamar masing-masing.
            “San, tidur yuk, udah jam segini, aku ngantuk banget.” Ajakku padanya,
            “Oky deh Rin.” Jawab Sandy padaku.
* * *
            Pagipun mulai menjelang. Tiba saatnya kami untuk bangun. Krena matahari sudah mulai menunjukan keindahan sinarnya.
            “San, mau gak kamu ikut aku?” tanyaku.
            “Kemana Rin? Jawab dirinya.
            “Ke hatiku, hahaha. Ya gak lah, aku mau ajak kamu ke tempat yang memesona dan memukau keindahannya. Tapi hari ini kita jalan-jalan yuk San?” ujarku kepadanya.
            “Kamu tu Rin, ada-ada aja. Iya deh, mau kemana sih?” tanyanya ragu-ragu
            “Ke mall. Liat-liat sekalian aku mau beli baju buat kamu sama aku buat besok kita ketemuan. Mau kan San?” ajakku dengan menjelaskan.
            “Okky deh Rin, siap.” Jawabnya singkat
            Kamipun menuju ke Supermarket membeli pakaian untuk besok. Mobil kamipun melaju menjauh dari rumah untuk menuju Ke supermarket. Akhirnya pilihanku jatuh pada sebuah gaun warna Biru yang paling aku suka. Sedangkan dia Jas berwarna Hitam lengkap dengan kemeja yang Biru seperti warna gaunku.
* * *
Pagi telah menjelang. Aku mengajaknya ke taman dan jalan-jalan bersama. Setelah lama kami berbincang tak sengaja aku bertanya padanya.
“San, makan yuk, aku laper banget nih, setelah itu kita pulang. Aku udah capek di tambah ngantuk banget San.” Ajakku padanya.
“Okky deh Rin, yuk.” Jawabnya dengan singkat.
Kamipun membeli makan setelah itu pulang dan kami langsung pulang.
* * *
Pagi yang aku tunggu datang, aku bahagia. Setelah kemarin kami keluar bersama aku masih capek. Kuberanikan diriku bertanya padanya. Telah lama kami jalani semua akhirnya tiba waktu Sandy untuk kembali ke Amerika lagi. Dia akan melanjutkan sekolahnya dan kerjanya. Dia juga berjanji padaku akan kembali 7 tahun lagi dan tanpa kusadari 6 tahun sebelum dia kembali dia telah tiada.
            “Hay San, gimana kabarmu hari ini? Kamu kan udah lama disini.” Ujarku.
            “Baik-baik aja kok Rin. Kamu sendiri gimana Rin? Iya nih Rin. Gak nyangka banget.” Jawabnya padaku.
            “Aku juga baik San, tidurku juga nyenyak.” Jawabku basa-basi
            Tak lama Sandy bertanya padaku yang membuatku bingung.
            “Rin, boleh gak kalo misalnya aku Tanya sama kamu? Tapi kamu jawab jujur.” Tanyanya padaku.
            “Boleh, Tanya apa? Kelihatannnya serius banget.” Tanyaku dengan kebingungan.
            “Kalo misalnya aku balik ke Amrik gimana? Soalnya aku harus kerja di tambah lagi lanjutin kuliahku. Kira-kira kamu bakal Rindu padaku? Atau kamu udah lupa sama aku?” Tanya dia dengan ragu-ragu.
            Ku jawab aja semuanya dengan sejujurnya. “Apa? Kamu mau tinggalin aku lagi? Baru aja kita ketemu setelah sekian lama. Kamu mau pergi lagi? Aku ya pastilah kangen sama kamu San. Aku gak mau kehilangan sahabatku untuk kedua kalinya lagi.” Ucapku dengan wajah sedih dan iba.
            Diapun menjawab “Aku akan kembali lagi Rin, aku janji. Tunggu aja aku 7 tahun lagi. Aku pasti kembali dan jemput kamu.”
            Akupun menjawab dengan ragu “Beneran? Kamu janjikan sama aku? Aku akan tunggu kamu selama itu buat kamu San.”
            “Besok aku akan berkemas-kemas menuju Bandhara Rin.”
            “Secepat  itukah San? Apa tidak bisa di undur untuk lusa depan? Aku akan mengajakmu ketempat yang akan selalu kita ingat bersama.” Jawabku mencari alas an.
            Akhirnya Sandy mau dan mengubah jadwal keberangkatannya menjadi lusa.
            “Oke Rin, emangnya kamu mau ajak aku kemana sih Rin?” Tanya Sandy dengan bingung.
            Akupun merahasiakan semuanya. “Tunggu aja besok apa yang terjadi,” ucapku padanya.
            “Oke lah Rin, apa katamu aja deh. Ow ya, ni buat kamu. Simpen baik-baik boneka salju ini. Jika kamu ingat aku bahkan kangen sama aku pandangin aja ini. Aku pasti selalu ada disisimu buat kamu Rin.” Ujarnya dengan memberikan boneka salju padaku.
            “Buatku? Thanx ya San, aku selalu merindukanmu.” Ucapku dengan singkat.
            “Iya Rin. Aku juga selslu dan selalu ingat kamu dan merindukan Rinduku yang aku sayang. Thanx juga kamu udah memberiku kestiaan dalam hidup terakhirku.” Tanpa sengaja Sandy mengucapkan semuanya.
            “Apa maksudmu hidup terakhirmu San?” tanyaku dengan bingung.
“Gapapa kok, maksudku hidupku selama ini sampai aku pergi kembali.” Jawabnya dengan lantang.
“Kamu ngomong apa sih San? Aku makin bingung sama ucapanmu.” Tanyaku dengan penuh kebingungan.
“Gapapa kok Rin, ah udah ah, gak penting juga dibahas.” Ucapnya menutup pembicaraan.
Semenjak itu aku bingung dengannya bahkan sikapnya. Tapi, tak ku anggap semuanya dan ternyata itu menjadi tanda buatku.
* * *
Pagipun menjelang dan tiba saatnya aku mengajag Sandy ke tempat yang aku janjikan kemarin. Kami menuju perjalanan. Akhirnya kami sampai ke tujuan kami.
“Udah sampai San, ini dia tempatnya.” Ujarku dengan menunnjukkan tempat itu.
 “Waw amazing. Indah banget di sini pemandangannya. Di atas bukit terdapat bangkuu di bawah pohon dan di sekelilingi dengan pohon-pohon Rindang. Dipenuhi dengan bunga-bunga yang indah bermekaran. Di Amerika gak ada yang seperti ini. Aku akan selalu merindukan tempat ini. Makasih Rin, kamu sahabatku yang aku sayang.” Ucapnya padaku.
“Esok nanti jika kamu kembali pasti akan melihat ini lagi San, jadi kamu gak usah takut gak ada lagi karena aku akan merawat semua ini buaat kamu San.” Ucapku dengan senyuman.

“Thanx semuanya Rin.” Yang menjadi penutup pembicaraan kami
Disana kami hanya melihat keindahan pemandangan yang memesona. Kami menikmati hingga tiba matahari tenggelam dari Ufuk Timur ke Ufuk Barat. Hingga akhirnya kami pulang kembali kerumah.
* * *
Pagi menjelang. Matahari Terbit dari Timur dan suara ayam berkokok juga terdengar. Membuat aku terbangun dan melihat Sandy sudah siap untuk cek out ke Bandhara membuat aku menitihkan air mata tetes demi tetes. Tak kusangka Sandy melihatku dan menenangkanku.
“Sudahlah Rin, aku juga tak lama kok, jangan kamu tangisin aku. Aku gak akan tenagng nanti disana Rin.” Ucapnya dengan berusaha menenangkanku dan mengusap air mataku.
“Tapi aku benar-benar khawatir denganmu San. Aku juga takut kehilanganmu untuk selamanya. Aku sayang kamu San.” Ucapku denagn isakan tangis yng mendalam.
“Iya Rin. Aku tau. Kamu tenang aja aku sellu ada di hati dan ingatanmu Rin aku janji. Udah ya Rin. Aku mau berangkat. Aku takut terlambat. MISS YOU RIN.” Ucapnya padaku dan menjelaskan semuanya.
“Iya San, maaf aku tak bias mengantarmu ke bandhara karena semuanya bias membuatku tambah mengis nantinya.” Ucapku menjelaskan.
“Iya Rin, aku tau. Aku juga ngerti kok Rin. Udah dulu ya aku berangkat Rin. Kamu jaga diri di sini.” Ucapan terakhirnya,
“Oke San, kamu hati-hati di jalan dan disana ingat aku. Jangan lupa beri aku kabar San.” Pesanku padanya.
Tanpa mendengarkan itu Mobil Sandy melaju dengan cepat. Semakin dan semakin menjauh dari hadapanku sehingga tidak terlihat lagi. Kini dia benar-benar pergi meninggalkanku. Akupun masuk kamar dan menangis sekuat tenagaku.
* * *
            Setelah 6 tahun berlalu aku mendapat kabar yang mengejutkanku. Aku mendapatka Surat dariny yang dia tulis sebelum dia tiada dan menitipkan ibunya untuk di kirimkan padaku. Saat mebaca Surat tersebut akupun semakin menangis.

“Untuk sahabat ku,
          Maafkan aku jika saat kau membaca surat ini , aku tidak bisa ada di dekat mu lagi.
Sungguh aku  tidak pernah berniat untuk membohongi mu, aku hanya ingin masa kecil kita diwarnai dengan kebahagiaan bukan kesedihan. Aku juga mau kita dekat sedekat mungkin karena sebenarnya aku SANGAT MENCINTAIMU RINDU SAYANG.
Terima kasih karena kau telah membuat masa terakhirku lebih berwarna dengan keberadaaknmu disisiku.
Aku melakukan ini untuk menguji persahabatan kita, dan aku ingin engkau bisa terbiasa dan menghabiskan masa remaja mu tanpa aku, aku sangat bahagia bisa mempunyai sahabat seperti mu.
Sahabatku, aku mohon jaga orang tuaku, Sayangi mereka seperti kamu menyanyangiku Rin.
Aku juga memberimu boneka salju dulu untukmu, tolong jaga boneka itu, dan jadikan boneka itu pengganti diriku.

Dari Sahabatmu dan Cintamu,

SANDY
Akupun menangis mendengar semuanya. Ku coba tabah dan merelakanmu San, Aku juga Sayang dan Cinta kamu. Semoga kamu tenang disana. Aku akan menjaga semuanya. Kau telah MERAJUT PENA pada tulisanmu. Kini aku hanya bisa berdoa padamu untu dapat tenang disisi-NYA. Amin.
=====TAMAT=====

0 komentar:

Posting Komentar