KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Keperawatan medikal
bedah merupakan pelayanan profesional yang didasarkan Ilmu dan teknik
Keperawatan Medikal Bedah berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yg
komprehensif ditujukan pada orang dewasa dgn atau yg cenderung mengalami
gangguan fisiologi dgn atau tanpa gangguan struktur akibat trauma. Keperawatan
medical bedah merupakan bagian dari keperawatan, dimana keperawatan itu sendiri
adalah : Bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang
komprihensif ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun
sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan
berupa bantuan yang diberikan dengan alasan : kelemahan fisik, mental, masalah
psikososial, keterbatasan pengetahuan, dan ketidakmampuan dalam melakukan
kegiatan sehari-hari secara mandiri akibat gangguan patofisiologis, (CHS,1992).
Pengertian keperawatan
medikal bedah mengandung empat hal seperti di bawah ini:
Pelayanan Profesional
Seorang perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien, selalu memandang pasien secara
holistic/menyeluruh baik Bio-Psiko-sosial-kultural-Spiritual. Dalam setiap
tindakan, perawat dituntut untuk memberikan asuhan keperawatan secara
professional sesuai dengan standarisasi profesi keperawatan. Pelayanan ini
diberikan oleh seorang perawat yang berkompetensi dan telah menyelesaikan
pendidikan profesi keperawatan pada jenjang yang lebih tinggi.
Berdasarkan Ilmu
Pengetahuan
Perawat dalam
melaksanakan tugasnya sudah melalui jenjang Pendidikan Formal yang sudah
ditetapkan oleh Pemerintah. Ilmu pengetahuan terus berubah dari waktu ke waktu
(dinamis), sehingga dalam memberikan Asuhan keperawatan pada Klien berdasarkan
perkembangan ilmu pengetahuan terbaru
Menggunakan scientific
Metode
Dalam melaksanakan
asuhan keperawatan melaui tahap-tahap dalam proses keperawatan berdasarkan
pendekatan ilmiah. Dengan menggunakan standarisasi asuhan keperawatan yang ada
(NANDA, NIC, NOC).
Berlandaskan Etika
Keperawatan
Perawat dalam
melaksanakan tugasnya, dituntut untuk dapat menerapkan asas etika keperawatan
yang ada, meliputi asas Autonomy (menghargai hak pasien/ kebebasan pasien),
Beneficience (menguntungkan bagi pasien), Veracity (kejujuran), Justice
(keadilan)
Konsep Keperawatan
Medikal Bedah Keperawatan medikal bedah merupakan pelayanan profesional yang
didasarkan Ilmu dan teknik Keperawatan Medikal Bedah berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosio-spiritual yg komprehensif ditujukan pada orang dewasa dgn atau
yg cenderung mengalami gangguan fisiologi dgn atau tanpa gangguan struktur
akibat trauma.
PERAN DAN FUNGSI
PERAWAT
Peran Perawat :
1. Peran sebagai
pemberi Asuhan Keperawatan.
Peran sebagai pemberi
asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan memeprhatikan keadaan
kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan
dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis
keperawatan agar bias direncakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai
dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana
sampai dengan kompleks.
10 Faktor Asuhan dalam
Keperawatan :
1. Menunjukkan system
nilai kemanusian dan altruisme.
2. Memberi harapan
dengan :
- mengembangkan sikap
dalam membina hubungan dengan klien
- memfalitasi untuk
optimis
- percaya dan penuh
harapan
3. Menunjukkan
sensivitas antara satu dengan yang lain.
4. Mengembangkan
hubungan saling percaya : komunikasi efektif, empati, dan hangat.
5. Ekspresi perasaan
positif dan negative melalui tukar pendapat tentang perasaan.
6. Menggunakan proses
pemecahan mesalah yang kreatif
7. Meningkatkan
hubungan interpersonal dan proses belajar mengajar
8. Memeberi support,
perlindungan, koreksi mental, sosiokultural dan lingkungan spiritual
9. Membantu dalam
pemenuhan kebutuhan dasar manusia
10. Melibatkan
eksistensi fenomena aspek spiritual.
Kekuatan dalam Asuhan
:
1. Aspek Transformasi
Perawat membantu klien
untuk mengontrol perasaannya dan berpartisipasi aktif dalam asuhan.
2. Integrasi asuhan
Engintegrasikan
individu ke dalam sosialnya.
3. Aspek Pembelaan
4. Aspek penyembuhanà Membatu klien memilih support social, emosional, spiritual.
5. Aspek Partisipasi.
6. Pemecahan masalah
dengan metoda ilmiah.
1. Peran Sebagai
Advokat ( Pembela) Klien
Peran ini dilakukan
perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam meninterpretasikan berbagia
informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam
pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada
pasiennya, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien
yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang
penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak
untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
2. Peran Sebagai
Edukator
Peran ini dilakukan
untuk :
1. Meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan dan kemampuan klien mengatasi kesehatanya.
2. Perawat memberi
informasi dan meningkatkan perubahan perilaku klien
3. Peran Sebagai
Koordinator
Peran ini dilaksanakan
dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari
tim kesehatan sehingga pemeberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta
sesuai dengan kebutuhan klien.
Tujuan Perawat sebagi
coordinator adalah :
a. Untuk memenuhi
asuhan kesehatan secara efektif, efisien dan menguntungkan klien.
b. Pengaturan waktu
dan seluruh aktifitas atau penanganan pada klien.
c. Menggunakan
keterampilan perawat untuk :
- merencanakan
- mengorganisasikan
- mengarahkan
- mengontrol
3. Peran Sebagai
Kolaborator
Perawat disini
dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter
fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi
pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat
dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
4. Peran Sebagai
Konsultan
Peran disini adlah
sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat
untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi
tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
5. Peran Sebagai
Pembeharu
Peran sebagai
pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan
yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan.
Peran perawat sebagai
pembeharu dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya :
- Kemajuan teknologi
- Perubahan
Lisensi-regulasi
- Meningkatnya peluang
pendidikan lanjutan
- Meningkatnya
berbagai tipe petugas asuhan kesehatan.
Selain peran perawat
menurut konsorsium ilmu kesehatan, terdapat pembagian peran perawat menurut
hasil lokakarya keperawatan tahun 1983 yang membagi menjadi 4 peran diantaranya
peran perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, peran perawat sebagai
pengelola pelayanan dan institusi keperawatan, peran perawat sebagai pendidik
dalam keperawatan serta peran perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan
keperawatan.
Fungsi Perawat :
1. Fungsi Independen
Merupakan fungsi
mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan
tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan
tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan
kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan
cairan dan elektrolit, pemenhuan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan
aktivitas, dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan,
pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan
aktualisasi diri.
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi
perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat
lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini
biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari
perawat primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi
Interdependen
Fungsi ini dilakukan
dalam kelompok tim yang ber sifat saling ketergantungan di antara tam satu dengan
lainya fungsa ini dapat terjadi apa bila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama
tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada
penderaita yang mempunyai penyskit kompleks keadaan ini tidak dapat diatasi
dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainya, seperti
dokter dalam memberikan tanda pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam
pemantauan reaksi obat yang telah di berikan.
Keperawatan
Bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yg komprihensif ditujukan pada individu,
keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yg menncakup seluruh proses
kehidupan manusia
Keperawatan Medikal
Bedah
Pelayanan profesional
yang didasarkan Ilmu dan teknik Keperawatan Medikal Bedah berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosio-spiritual yg komprehensif ditujukan pada orang dewasa dgn atau
yg cenderung mengalami gangguan fisiologi dgn atau tanpa gangguan struktur
akibat trauma.
Pelayanan Keperawatan
Berupa BANTUAN Diberikan Dgn Alasan
1. Kelemahan fisik
2. Kelemahan mental
3. Masalah psikososial
4. Keterbatasan
pengetahuan
5. Ketidakmampuan dan
ketidakmauan melakukan kegiatan sehari-hari sec mandiri akibat gangguan
patofisiologis(CHS, 1992)
4 (empat)
Karakteristik Esensial Dlm Mewujudkan Yankep Yg Profesional
1. Berdasarkan Ilmu
Keperawatan yg kokoh
2. Berorientasi pd
pelayanan yg berkualitas
3. Mempunyai Kode etik
4. Menunjukkan Otonomi
profesi
Inti Praktek
Keperawatan Adalah
Pemberian Asuhan
Keperawatan kepada KLIEN
Fenomena Keperawatan
Penyimpangan atau
tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosio-spiritual) mulai dr
tingkat individu utuh sampai pada tingkat masyarakat yg tercermin pd tingkat
terpenuhinya kebut. dasarpd tk.sistem organ fungsional sampai subseluler.
Kegiatan Perawat utk
mengatasi fenomena tersebut:
1. Membantu klien
memenuhi kebutuhan dasarnya
2. Mencegah
komplikasi, meningkatkan kesehatan klien
3. Mengobservasi dan
mengevaluasi respon klien
4. Membantu klien
untuk mandiri
5. Membantu klien
mencapai aktualisasi diri
Hubungan Perawat Klien
yg spesifik ( Peplau, 1990) berdasarkan pada:
1. Penumbuhan hubungan
saling percaya
2. Penghargaan atas
harkat dan martabat klien
3. Teknik Pemecahan
masalah
4. Hubungan Kolaborasi
5. Memanfaatkan
teknologi dg tepat & efisien
6. Dokumentasi yg
memadai dan akurat
4 (empat) Komponen
Dalam Praktek Keperawatan Profesional
1. Klinik ( aplikasi
pengetahuan)
2. Riset (
pengembangan pengetahuan)
3. Administrasi (
pemanfaatan pengetahuan)
4. Pendidikan (
transmisi pengetahuan)
Sikap Perawat
Profesional
Perilaku Perawat dalam
memberikan Asuhan Keperawatan yang merupakan integrasi dari aspek intelektual,
teknikal dan hubungan antar manusia serta etika profesi
Sikap perawat utk
mencapai hubungan perawat - klien yang efektif :
1. Acceptance (
menerima)
2. Sensitif
3. Empati
4. Trust ( percaya)
Prinsip - Prinsip
Moral Dlm Praktek Keperawatan
1. Autonomy
2. Beneficience
3. Justice
4. Fidelity ( setia)
5. Veracity
(kejujuran)
6. Avoiding killing
Fungsi Kode Etik
Keperawatan
1. Memberi dasar dlm
mengatur hubungan perawat , klien, tenaga kes. Lain, masyarakat dan profesi
keperawatan
2. Memberi dasar dlm
menilai tindakan keperawatan
3. Memberi dasar dlm
membuat kurikulum pendidikan keperawatan
4. Membantu masy utk
menget. Pelaks yankep yg benar
Kode Etik Keperawatan
di Indonesia
1. Tanggung jawab
Perawat terhadap klien (individu, keluarga dan masyarakat)
2. Tanggung jawab
Perawat thd Tugas
3. Tanggung jawab
Perawat thd Sesama perawat dan anggota profesi lain
4. Tanggung jawab
Perawat thd Profesi Keperawatan
5. Tanggung jawab
Perawat thd Pemerintah, bangsa dan tanah air
Klien Kasus Medikal
Bedah ?
The Adult Client
1. Young Adult : 18 -
40 Th ( Ind : 21 Th)
2. Middle Adult : 40 -
65 Th
3. Older Adult : >
65 Th
Kasus Medikal Bedah?
1. Berbagai penyakit
dgn penyebab:
2. Trauma
3. Keganasan
4. Gangg. Sistem imun
5. Gangg. Fungsi organ
6. Degeneratif
/penuaan
Masalah kesehatan
utama pada dewasa tengah (Menurut Ruth Lincolin) :
1. Penyakit kardiovaskuler
2. Penyakit paru-paru
3. Reumatoid artritis
4. Kanker
5. Obesitas
6. Alkoholism
7. Kecemasan dan
depressi
Dasar Pengetahuan Yang
Harus Dimiliki Perawat Profesional
1. Konsep sehat -
sakit
2. Konsep manusia dan
kebut. Dasar manusia
3. Patofisologi
penyakit
4. Konsep stres –
adaptasi
5. Tugas perkembangan
usia dewasa
6. Proses keperawatan
dan penerapannya
7. Komunikasi
terapeutik
8. Konsep kolaborasi
& manajemen keperawatan
Petugas Kes. Lain
Perawat
Dokter
PasienModel Praktek
Tradisional
Model Praktek
Kolaboratif
Dokter
Pasien
Perawat Profesional
Petugas Kesh. Lain
Kasus
An. X usia 11
tahun. Datang ke rumah sakit dengan keluhan bersin-bersin, hidung
tersumbat dan hidung terasa gatal. Awalnya pasien mengira hal tersebut
merupakan pilek biasa, tapi ternyata pileknya tidak sembuh-sembuh. Ibunya
mengatakan bahwa anaknya juga sering mengalami sulit tidur karena
sulit bernapas, dan tak jarang menganga ketika kesulitan bernapas. Dari
pemeriksaan fisik ketika diinspeksi kulit tampak berwarna kehitaman dibawah
kelopak mata bawah. Ketika dipalpasi An.X merasa nyeri karena ada
inflamasi. Setelah dilakukan pemeriksaan rongga hidung dengan spekulum
didapatkan sekret hidung jernih, membran mukosa edema, basah dan kebiru-biruan
(boggy and bluish). Dan dari hasil tes laboratorium (pemeriksaan sekret)
terdapat sel eusinofil meningkat > 3 %.
Diagnosis
Berdasarkan data yang
ada dapat ditegakkan diagnosis sebagai berikut:
1.
Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi atau adanya sekret
yang mengental.
2.
Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung.
3.
Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan tentang penyakit dan prosedur
tindakan medis.
4.
Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore
Intervensi
No.Dx
INTERVENSI RASIONAL
1.
- Mengkaji penumpukan sekret yang ada-
Memberikan obat decongestan (pseudoefedrin 3×60 mg)
-
Mengobservasi tanda-tanda vital ( jika diperlukan)
-
Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya- untuk
mengurangi sumbatan pada hidung agar nafas efektif
-
Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi
2.
- Mengkaji kebutuhan tidur klien-
Menciptakan suasana yang nyaman
-
Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat
-
Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat
tidur- Agar klien dapat tidur dengan nyenyak
-
Pernafasan dapat efektif
3.
- Mengkaji tingkat kecemasan klien-
Memberikan kenyamanan dan memperlihatkan rasa empati (datang dengan menyentuh
tangan klien)
-
Memberikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan,
tenang serta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti
-
Mengobservasi tanda-tanda vital
-
Bila perlu , kolaborasi dengan tim medis
-
Untuk menentukan tindakan selanjutnya- Memudahkan penerimaan
klien terhadap informasi yang diberikan
-
Meningkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit
tersebut sehingga klien lebih kooperatif
-
Mengetahui perkembangan klien secara dini
-
Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien
4.
- Memberikan obat antihistamin (cetirizine 10 mg
1×1)- Memotivasi klien untuk bertanya mengenai masalah,
penanganan, perkembangan dan prognosis kesehatan
-
Memotivasi individu untuk mengekspresikan perasaannya, khususnya bagaimana
individu merasakan, memikirkan, atau memandang dirinya
-
Untuk menghambat histamin- memberikan minat dan perhatian,
memberikan kesempatan untuk memperbaaki kesalahan konsep
-
dapat membantu meningkatkan tingkat kepercayaan diri, memperbaiki harga diri,
mrnurunkan pikiran terus menerus terhadap perubahan dan meningkatkan perasaan
terhadap pengendalian diri
KONSEP RHINITIS
ALERGIKA
Definisi dari beberapa
literatur :
-
Rinitis alergi adalah penyakit atau kelainan yang merupakan manifestasi klinis
reaksi hipersensivitas tipe I (Gell & Coombs) dengan mukosa hidung sebagai
organ sasaran.
-
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi
pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan allergen ang sama
serta dilepskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan
alergen spesifik tersebut (Von Pirquet, 1986).
-
Definisi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun
2001 Rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin,
rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang
diperantarai oleh lg E.
-
Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung ( Dorland, 2002 )
-
Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung
(Dipiro, 2005 ).
-
Rinitis Alergika secara klinis didefinisikan sebagai gangguan fungsi hidung,
terjadi setelah paparan alergen melalui peradangan mukosa hidung yang
diperantarai IgE. Respons hidung terhadap stimuli dari luar diperankan
pertama-tama oleh mukosa kemudian baru oleh bentuk anatomi tulang. Fungsi utama
hidung adalah untuk saluran udara, penciuman, humidifikasi udara yang dihirup,
melindungi saluran napas bawah dengan cara filtrasi partikel, transport oleh
silia mukosa, mikrobisidal, antivirus, imunologik, dan resonan suara. Reaksi
mukosa hidung akan menimbulkan gejala obstruksi aliran udara, sekresi, bersin,
dan rasa gatal. Bila tidak terdapat deformitas tulang hidung maka sumbatan
hidung disebabkan oleh pembengkakan mukosa dan sekret yang kental. Penelitian
epidemiologik memperlihatkan bahwa penyakit alergi dapat diobservasi mulai dari
waktu lahir sampai kematian. Sesuai dengan umur penderita, dapat
dibedakan penampakan dan lokalisasi jenis alergi (Indonesian children, 2009)
Ø Rhinitis
adalah istilah untuk peradangan mukosa. Menurut sifatnya dapat dibedakan
menjadi dua:
1.
Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa hidung
dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri.
Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering
kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan
dan musim semi.
2.
Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang
disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis
vasomotor.
Ø Rhinitis
alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi yang
diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :
1.
Immediate Phase Allergic Reaction, Berlangsung sejak kontak dengan allergen
hingga 1 jam setelahnya.
2.
Late Phase Allergic Reaction, Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam
dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam.
Ø Berdasarkan
sifat berlangsungnya, rhinitis alergi dibedakan atas :
1.
Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, pollinosis)
Hanya ada pada negara
dengan 4 musim. Alergen penyebabnya spesifik, yaitu tepung sari dan spora
jamur.
2.
Rinitis alergi sepanjang tahun (perennial)
Gejala keduanya hampir
sama, hanya sifat berlangsungnya yang berbeda. Gejala rinitis alergi sepanjang
tahun timbul terus-menerus atau intermitten. Meskipun lebih ringan dibandingkan
rinitis musiman, tapi karena lebih persisten, komplikasinya lebih sering
ditemukan. Dapat timbul pada semua golongan umur, terutama anak dan dewasa
muda, namun berkurang dengan bertambahnya umur. Faktor herediter berperan,
sedangkan jenis kelamin, golongan etnis, dan ras tidak berpengaruh (Mansjoer
Arif, dkk, 2001).
Ø Berdasarkan
cara masuknya allergen dibagi atas :
1.
Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu
rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur.
2.
Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu,
telur, coklat, ikan dan udang.
3.
Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin
atau sengatan lebah.
4.
Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa,
misalnya bahan kosmetik atau perhiasan
Dengan masuknya
allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi tiga tahap besar :
1.
Respon Primer, terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non spesifik
2.
Respon Sekunder, reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan system
humoral, system selular saja atau bisa membangkitkan kedua system terebut, jika
antigen berhasil dihilangkan maka berhenti pada tahap ini, jika antigen masih
ada, karena defek dari ketiga mekanisme system tersebut maka berlanjut ke
respon tersier
3.
Respon Tersier , Reaksi imunologik yang tidak meguntungkan
Manifestasi Klinis :
1.
Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari (umumnya
bersin lebih dari 6 kali).
2.
Hidung tersumbat.
3.
Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi
biasanya bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau
kekuning-kuningan jika berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus.
4.
Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.
5.
Badan menjadi lemah dan tak bersemangat
Masalah Penelitian
dalam Ilmu Keperawatan Medikal Bedah
Lingkup masalah
penelitian Ilmu Keperawatan Medikal Bedah difokuskan pada asuhan Keperawatan
melalui pendekatan proses Keperawatan. Topik masalah didasarkan pada gangguan
sistem tubuh yang umum terjadi pada
klien dewasa.
Sistem kekebalan
tubuh, meliputi:
pengaruh program
latihan fisik secara teratur terhadap fungsi imunitas
pengaruh pemberian
vitamin terhadap peningkatan populasi leukosit tertentu
hubungan antara
berfikir positif dengan fungsi imunitas
tindakan pengurangan
nyeri apakah yang paing efektif pada nyeri sendi
apakah ada perbedaan
kebutuhan psikososial pada klien HIV pada berbagai stadium
keefektifan intervensi
nonfarmakologi dalam mengurangi mual dan muntah pada klien kanker
Sistem respirasi dan
oksigenasi, meliputi:
pengaruh frekuensi
perawatan trakeostomi terhadap rata-rata kejadian infeksi
frekuensi kejadian
aspirasi pada klien kanker kepala leher
tindakan keperawatan
apa yang paling
efektif untuk mengurangi dispnea pada klien dengan
gangguan pernafasan
bawah
apakah metode
pengukuran sesak nafas dapat
diterapkan pada klien
kritis dan kronis
bagaimana keefektifan
strategi khusus untuk
mengurangi sesak seperti relaksasi, latihan, koping atau strategi perawatan
diri sendiri
strategi apakah yang
paling efektif untuk
mengurangi sesak
Sistem kardiovaskuler,
meliputi:
keefektifan persiapan
kulit terhadap!penepatan elektroda untuk memperkecil artefak
pengaruh prosedur
keperawatan tertentu terhadap disritmia
keakuratan teknik
pengukuran tekanan darah di berbagai letak
apakah ada perbedaan
manifestasi penyakit koroner antara pria dan wanita
bagaimana faktor
risiko penyakit arteri koroner pada klien dengan penyakit vaskular
cara yang terbaik
apakah yang dapat membantu merubah kebiasan gaya hidup klien
untuk mencegah atau
mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler
apakah metode terapi
oksigen nasal atau masker lebih efektif untuk mempertahankan keadekuatan nilai
PaO2
mengapa perdarahan
lebih banyak terjadi pada wanita setelah terapi trombolitik
apakah terapi relaksasi
lebih efektif daripadi imajinasi termbimbing dalam
pengendalian mual pada
klien kemoterapi
apakah pendidikan
meningkatkan ketaatan
pada sejumlah klien dengan penyakit jantung
Sistem persarafan,
meliputi:
alat pengkajian
neurologi apa yang paling sesuai untuk mengkaji neurologi secara cepat
intervensi Keperawatan
apakah yang paling baik untuk mencegah gelisah dan agitasi pada klien
dengan penyakit
Alzheimer
efek frekuensi
pengisapan pada klien trauma
kepala terhadap
peningkatan TIK
alat pengkajian apakah
yang paling
baik untuk deteksi
dini penurunan kesadaran
kombinasi intervensi
apa yang terbaik pada klien dengan nyeri akut setelah pembedahan
apakah sifat Perawat
menentukan intervensinya pada klien yang mengalami nyeri
intervensi Keperawatan
nonfarmakologi apa yang dapat membantu mengurangi nyeri dan kecemasan klien
intervensi Keperawatan
apa yang dapat mengurangi nyeri selama prosedur penggantian balutan
Sistem perkemihan,
meliputi:
apakah modifikasi
pendidikan dan diet menghambat serangan gagal ginjal
perbedaan stressor
psikologi dan
stressor fisiologi
pada klien hemodialisis dan dialisis peritoneal,
metode koping apakah
yang paling efektif atau yang lazim digunakan
pada klien gagal
ginjal atau hemodialisis
Sistem pencernaan,
meliputi:
metode apakah yang
efektif untuk mengurangi nyeri stomatitis
adakah peran
pengelolaan stress dan
pengobatan stomatitis
hubungan antara
ketaatan diet, minum antasida dan perubahan gaya hidup terhadap serangan tukak
peptik
peran Perawat
dalam membantu
penyesuaian klien terhadap ostomi
pengaruh intervensi
Keperawatan klien hepatitis yang mengalami isolasi sosial
intervensi Keperawatan
apa yang paling baik untuk mengurangi gatal disertai ikterus
intervensi Keperawatan
apa yang paling baik untuk mencegah diare pada klien yang memperoleh tube
feeding
Sistem endokrin,
meliputi:
keefektifan biaya pada
pemberian terapi antitiroid dan pengobatan tetap iodin
kondisi yang paling
tepat untuk penyimpanan insulin
apakah penggunaan
ulang spuit insulin mengontaminasi insulin dan apa efek metabolismenya
Sistem sensori
persepsi, meliputi:
adakah perbedaan
mekanisme koping pada klien penurunan penglihatan akut dan kronis
apakah klien dengan
penurunan penglihatan
mengalami risiko isolasi sosial selama
hospitalisasi
pengetahuan klien tentang
obat yang mempengaruhi
pendengaran
Sistem
muskuloskeletal, meliputi:
intervensi Keperawatan
apa yang paling sesuai pada klien dengan frustasi dan depresi akibat
imobilisasi dan
hospitalisasi yang berkepanjangan
Lanjut Usia, meliputi:
teknik pengkajian
spesifik apakah yang merefleksikan status hidrasi pada klien lanjut usia
apakah pendekatan
video pada penyuluhan penghitungan asupan natrium efektif pada populasi lanjut
usia
Source: Source:
Nursalam. (2008).
Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan: Pedoman skripsi,
tesis dan instrumen penelitian keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika.
Berman, Audrey,
Snyder, Shirlee J., Kozier, Barbara, & Erb, Glenora. (2008). Fundamental of
nursing: Concepts, process, and practice. 8th Edition. New Jersey: Pearson
Prentice Hall.
Related Articles: